kasus-hantu-jeruk-purut-penuntut-balas-dendam
GhostHunter - Pada awal 90-an, cerita hantu di kuburan Jeruk Purut menyebar luas di Jakarta. Pernah ada yang mengatakan bahwa terdapat sesosok manusia tanpa kepala yang berkeliling di daerah itu. Sosok itu menggunakan pakaian seperti pastur yang berkeliling di pemakaman itu sambil membawa kepalanya sendiri, konon katanya Ia sedang mencari jalan pulang ke makamnya.


Namun, ternyata Ia tidak sedang mencari jalan pulang, sebenarnya Ia menuntut balas dendam dan menjadi gentayangan. Inilah Kasus Hantu Jeruk Purut Penuntut Balas Dendam yang akan saya ceritakan.

Seperti anak muda kekinian, saat ini hantu bukannya ditakuti tetapi malah dicari. Itulah rencana awal yang kami berlima mencari sensasi baru dengan pergi ke Jeruk Purut. Seusai mendengar cerita itu, kami menyusun rencana dan membuktikkan tidak mungkin ada sosok hantu di dunia ini. Kami akan membuktikannya dengan syarat-syarat yang dipercaya oleh orang-orang.



"Harus datang ke kuburannya di tengah malam Jumat dengan orang yang ganjil," ucap Putra menirukan cerita yang didengarnya dari temannya.

Karena disanalah ujian kesetiakawanan dan uji keberanian, aku mengiyakan ajakan untuk kesana di tengah malam Jumat. Kupikir bakalan seru dan tidak terjadi apa-apa, namun itu adalah keputusan terburukku.

"Hingga sampai sini nih mobilnya, selanjutnya harus jalan ke dalam." ucap Putra yang saat itu menghentikan kendaraan yang kami tumpangi.

Wajah kami berempat tiba-tiba saja berubah, dari yang berangkat saling bercanda. Kini kami saling berpandangan tidak yakin. Apalagi saat itu jalan sangatlah gelap dan jujur saja waktu itu aku sangat ketakutan.

"Dih, penakut amat sih...Kenapa kalian ikutan kalau kalian ketakutan dan gak ikut kedalam?" ejek Putra seraya mengerutkan kening.

Ahkirnya, terhasut oleh ucapan Putra, kami-pun mulai menyusuri pemakaman. Sekitar 10 - 15 menitan, Putra mulai mengeluh.

"Ih, ga asik. Hanya begini saja nih?? Mana si pastur kepala buntung?"

"Takut ya kalian ama kita? Kuntilanak kek, Genderuwo kek, apa gitu yang nampak. Ini ga ada satupun lho, udahlah kalau gini terus balik aja kita!" ucap Putra sambil menginjak-injak kuburan yang dilewatinya.


Kamipun memutuskan pulang dan menginap di rumah Putra dan tidur di kamarnya, yah walaupun kita tidur berdesakan. Pada tengah malam tiba-tiba saja Putra mengigau dan berteriak, pagi hari pun diawali dengan panasnya badan Putra.

Terpaksa Putra tidak masuk sekolah, bahkan hingga Selasa depannya kami masih belum melihat Putra masuk sekolah. Namun di hari selanjutnya Putra masuk sekolah dan terdiam saja.

"Put, kenapa lu nggak masuk lama banget?" tanyaku sebelum bel pelajaran dimulai.

"Demam" jawabnya dengan suara parau, sambil menatap lantai.

"Masuk angin kali ya waktu itu? Udah baikan sekarang?" tanyaku lagi kepadanya.

Sambil diam, Putra menatap kosong lantai tanpa berkedip.

"Put, lu gak kenapa-kenapa kan?" tanyaku sambil memegang bahu Putra.

"Aku gak bisa hilangin bayangan wajah di mimpiku. Dari malam Jumat itu mimpi itu terus kualami." ucap Putra.

"Mimpi apaan?" tanyaku mulai penasaran.

"Sesosok laki-laki tinggi hitam, di lehernya terdapat sayatan dalam" ucap Putra gemetar.

"Ah, pasti ini tentang hantu Jeruk Purut bukan? Aku tidak ingin membahasnya lagi" sembari meninggalkan Putra dan bel tanda pelajaran dimulai berbunyi.

Namun sejak kejadian itu, Putra tingkah lakunya semakin aneh. Seperi bukan Putra yang biasanya usil dan sangat berisik. Saat ini lamunan menjadikan Putra sesosok yang aneh dengan muka pucat dan area bawah mata menghitam.

kasus-hantu-jeruk-purut-penuntut-balas-dendam

Pada saat di kantin, kami duduk bersebrangan, aku sedikit terkejut dengan kemampuan barunya. Yaitu menggerakkan gelas tanpa menyentuhnya sama sekali dan hal itupun belum seberapa kata Putra.

Lambat laun, sikap Putra semakin berubah, Ia sering emosi dan marah tanpa sebab. Misalnya saja ketika bertabrakan dengan seseorang, Putra tiba tiba saja memukulinya tanpa ampun.

Saat itu kulihat Putra yang terus melamun dengan pandangan kosong, aku berharap tidak terjadi hal buruk pada dirinya.

Wendy adalah sahabat Putra sejak kecil yang sering bersama Putra.

"Bill, kamu tahu tidak, sekarang Putra bertingkah sangat aneh seusai dari tempat itu." kata Wendy mendekatiku.

"Aku juga gak tahu lagi harus berkomentar apa Wen, bagaimanapun juga dia tetap Putra yang kita kenal bukan?" ucapku ke Wendy dengan sedikit keraguan disetiap perkataanku.

"Bukan, nanti jam delapan malam temui Bapak di kantor. Bapak akan menyembuhkan Putra," ucap pak Ferdy.

"Hah? Kenapa harus malam malam, dan lagipula apa maksud dari perkataan Bapak barusan?" ucapku berpura pura tidak mengetahui apa-apa.

"Sudahlah, Bapak juga pernah menangani yang seperti ini dulu. Jadi tunggu hingga Bapak menyelesaikan pekerjaan Bapak lalu datanglah bersama Putra ya malam ini." kata pak Ferdy sembari menepuk pundakku dan Wendy.

Terlihat wajah pak Ferdy serius sekali menanggapi hal ini, sepertinya Dia mengetahui apa yang terjadi pada Putra. Aku dan Wendypun menyanggupi permintaan pak Wendy tanpa mengetahui tujuan pak Ferdy.



Pak Ferdy adalah guru olahraga kami yang sudah tiga bulan lamanya mengajar pelajaran olah raga kami. Beliau adalah orang yang sangat supel dan enak untuk diajak bercanda, bahkan dengan posisinya sebagai guru.

Ahkirnya aku memanggil dua orang lainnya yang waktu itu ikut ke penjelajahan tersebut. Awalnya Glenn memaksa untuk tidak menyetujuinya, karena takut akan diseret didalam masalah. Namun Wendy berhasil meyakinkannya dan kami sepakat membawa Putra ke tempat pak Ferdy.

Lalu kami memaksa Putra untuk ikut kembali ke sekolah, saat diperjalanan Putra seperti biasa. Dia hanya terdiam dan terlihat misterius, sehingga dekat dengan sekolah, sikapnya berubah 360 derajat.


"Keluar! Keluar sekarang juga!" teriak Putra menggedor gedor pintu mobil. Namun Wendy mengatakan bahwa Ia akan bertemu dengan pak Ferdy dan mengatakan bahwa ada buku catatan yang mau diambil.

Dengan susah payah kami mengantar Putra ke kelas, tentu saja kesusahan. Karena saat dibawa ke kelas, Putra meronta ronta dan membicarakan sesuatu yang tidak jelas, bahkan Agung yang memiliki badan besar kewalahan.

Setelah masuk ke kelas, pak Ferdy dan temannya sedang mempersiapkan sesuatu. Lalu teman pak Ferdy yang bernama Agus memegang Putra dan mengatakan, "Ayo bapak bantu, pegang yang erat ya."

Pak Ferdy menatap Putra dan mengucapkan bahasa yang bahkan kami berempat tidak tahu menahu bahasa apa itu. Sementara itu Putra terus berontak dan mulai berbicara dengan suara yang bahkan tidak kukenal.

"Kaaa..liiiannn, mauu...Apa...?" tanya Putra.

"Siapa dirimu sebenarnya? Mau apa dirimu disini?" ucap pak Ferdy.

"Saya tidak terima ! Saya tidak terima ! Saya tidak terima !" ucap Putra berulang ulang.

"Tidak terima kenapa? Kenapa kamu berada dalam tubuh anak ini?" tanya pak Ferdy.

"Jadi kamu ingin keluar dari tubuh anak ini baik baik atau secara paksa?" timpal pak Ferdy.

Putra yang mendengar hal itu semakin meronta-ronta dan menjadi beringas. Hingga ahkirnya pak Ferdy menyuruh dua orang untuk memukul perut Putra.

"Tapi kenapa pak, kenapa harus dipukul?" tanya Glenn yang sangat panik.

"Cepatlah, aku sudah tidak kuat lagi!Turuti saja perkataanya" kata teman pak Ferdy.

kasus-hantu-jeruk-purut-penuntut-balas-dendam

Ahkirnya Wendy dan Glenn yang memukuli perut Putra hingga Putra muntah dan mengeluarkan cairan coklat ke hitam-hitaman. Keadaan menjadi tenang dan sepi, tiba-tiba saja Putra berdiri lalu mendekati pak Ferdy sembari membisikkan sesuatu. Lalu Ia pingsan begitu saja.

Tatapan pak Ferdy berubah menjadi pucat pasi. Namun pak Ferdy menyimpan hal itu sendirian tanpa pernah mengatakan apa yang dibisikkan Putra sesaat sebelum ia pingsan.

Dua bulan kemudian, keadaan Putra menjadi semakin baik dan kembali menjadi Putra yang sebelumnya. Namun cerita lain dialami oleh pak Ferdy,

Sebulan setelahnya, Ia keluar dari sekolah tanpa kami mengetahui alasannya. Rumor yang beredar adalah dia terjangkit penyakit yang tak bisa disembuhkan dan tidak dapat melanjutkan proses mengajar.

Kami berempat-pun sepakat untuk tidak mengungkit kejadian waktu itu. Disaat pulang sekolah, kami berlima nongkrong di cafe tempat biasa kami berkumpul. Tiba-tiba saja Wendy melihat sesosok yang tak asing.

"Bill, bukannya itu teman pak Ferdy yang membantu kita mengusir setan dari tubuh Putra bukan?" bisik Wendy.

"Benar, bagaimana kalau kita menyapanya dan mengucapkan terimakasih sekali lagi karena sudah menolong Putra." ucapku sambil ke arah teman pak Ferdy itu.

Glenn yang saat itu sedang asyik mengobrol dengan Putra dan Agung tidak mengetahui bahwa aku dan Wendy akan menemui teman pak Ferdy.

"Eh, sebentar ya, aku sama Wendy akan menemui orang yang kukenal. Kalian lanjutkan saja, sebentar saja kok." ucapku kepada mereka. Mereka-pun mengiyakan dan melanjutkan mengobrol.



"Permisi, bapak temannya pak Fredy bukan? Ini kami pak yang pas waktu itu bapak bantu, apakah bapak ingat?" ucap Wendy dengan sopan.

"Ah, kalian, ya bapak masih ingat, bagaimana keadaan kalian? Baik baik saja bukan?" ucap Bapak itu.

"Ya pak, berkat Bapak dan pak Ferdy, teman kami sudah pulih dan kembali ceria kembali, sekali lagi terimakasih pak." balasku.

"Bagaimana keadaan pak Ferdy? Aku dengar ada hal yang sangat malang dideritanya." ucap Wendy tiba tiba saja sedikit murung.

"Hahaha...Takdir manusia siapa yang mengetahui, syukurlah jika kalian baik baik saja, bapak segera lanjut bekerja." teman pak Ferdy seperti menghindari sesuatu.

Ada yang tidak beres, aku bertanya kepada bapak itu. "Apakah ini ada sangkut pautnya dengan pengusiran setan di tubuh Putra?"

Sedikit merenung, bapak itu tiba-tiba saja tidak jadi meninggalkan kami dan duduk kembali.

"Aku sebenarnya dilarang untuk menceritakannya, tetapi lambat laun kalian pasti mengetahuinya." ucap Bapak itu.

"Sebenarnya, pak Ferdy tidak terjangkit penyakit apa-apa. Beliau adalah mantan pendeta di Yunani dulu. Aku bertemu di fakultas dan Ia menolong orang orang yang mengalami hal janggal seperti yang kalian alami."

"Namun terahkir kali menghadapi kasus kalian, pak Ferdy menceritakan semuanya kepadaku."

"Bahwa hidup beliau tidak akan lama lagi, hal itu dikarenakan jin yang ada didalam tubuh Putra sangatlah kuat, bahkan yang terkuat dia pernah hadapi."

"Hantu tanpa kepala..." ucap Bapak itu sambil menatap meja dengan tatapan kosong.

Setelah itu barulah kami ketahui bahwa untuk jin itu keluar dari tubuh Putra adalah membutuhkan tumbal. Jin tersebut meminta orang yang mengikuti ekspedisi berbahaya itu untuk korban tumbalnya. Namun pak Ferdy keberatan dan menyodorkan dirinya untuk menjadi tumbal Jin tersebut.


Ahkirnya jin berhasil diusir dari tubuh Putra dan berganti wadah menjadi pak Ferdy. Lalu pak Ferdy menjalani hari hari yang berat, setelah itu pak Ferdy memutuskan untuk keluar dari sekolah. Hingga saat ini beliau sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, kamipun berinisiatif untuk mengunjungi makamnya.

kasus-hantu-jeruk-purut-penuntut-balas-dendam

Putra yang mengetahui hal itu dan diceritakan secara detail mengenai apa yang terjadi pada saat Ia kerasukan oleh arwah Jeruk Purut itu. Menangis dan meminta maaf didepan kubur pak Ferdy, tetapi hal itu sudah terlambat. Putra hanya bisa menangis meracau meminta maaf kepada pak Ferdy didepan makamnya.