GhostHunter - Permainan petak umpet adalah sebuah permainan dimana terdapat beberapa peserta yang diharuskan bersembunyi. Salah satu peserta adalah orang yang akan mencari dan menemukan beberapa peserta yang mengikuti permainan.

Aku dan anak anak diwilayah kampungku sering melakukan permainan ini beberapa tahun lalu. Jaman dimana anak anak masih bermain diluar dan tidak adanya era gadget. Permainan ini dimainkan oleh beberapa anak yang ada dikampungku, maklum saja karena pada waktu itu anak anak didalam kampungku lumayan banyak.

Ada juga yang senior (umur empat belasan) mengikuti permainan ini, namun hal itu tidak mengubah peraturan dan acuan dalam game ini.

Waktu berlalu semakin cepat, saat inipun banyak orang yang tidak ingin memainkan permainan lawas ini. Aku beserta teman temanku memiliki ide untuk memainkan permainan ini, namun dengan peraturan yang sedikit berbeda.

Saat ini kami berlima Ade, Ferdy, Eko, Ardi, dan aku Billy yang rata rata sudah memasuki umur duapuluhan akan bermain bersama sekaligus bernostalgia.

Kami akan memainkannya ditempat yang sedikit mencekam, yaitu didalam hotel bekas (tidak kami sebutkan demi privasi). Tempatnya sih luas dan besar, tetapi kami berlima harus mengecek kembali tempat untuk bermain. Apakah tempat itu aman untuk dimainkan atau tidak, pada siang hari kami melakukan pengecekan dan ternyata ada beberapa hal yang harus dihindari.


Kami berlima-pun sepakat untuk tidak melewati batas yang kami tetapkan, tentu saja hal itu menyangkut keselamatan kami berlima.

Matahari mulai tenggelam, kami mulai memberikan kabar antara satu dengan yang lainnya. Kami berlima berkumpul dan melakukan hompim-pah (semacam permainan menentukan siapa yang menjaga dan siapa yang bersembunyi).

Sial beribu sial, aku sendiri yang mendapatkan bagian untuk berjaga didalam game perdana ini.

Pada waktu kecil, kami memainkannya menggunakan teknik "Jipong" yang artinya sudah ditemukan. Jadi ketika menemukan salah seorang anak, haruslah berlari ketempat si penjaga dan menepuk tempat yang dijaga. Jadi diantara yang bersembunyi dan yang mencari harus berlomba untuk mencapai tempat menghitung.

Namun dalam permainan kali ini kami menghilangkan aturan tersebut, karena terlalu berbahaya untuk berlari ditempat seperti ini. Tempatnya itu sedikit kumuh dan sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya, namun dibiarkan terbengkalai.



Aku mulai menghitung dari satu sampai limapuluh, waktu yang cukup lama untuk mencari tempat bersembunyi. Perlahan, suara anak anak mulai hilang dan menjauh padahal hitungan saat itu baru mencapai duapuluh.

"Limapuluh !!" sangat lama sekali hitungan kali ini, aku terus waspada karena siapa tahu mereka bakalan mengagetkanku. Dengan teliti aku mencari mereka satu persatu, namun pada saat itu memang benar benar mengerikan.

Suasana ditempat itu sangat membuat bulu kuduk berdiri, bagaimana tidak, bangunan tua ditambah penerangan yang dihasilkan dari senter yang kumiliki. Sekeliling lantai satu tidak ada siapapun yang kutemukan, mungkin saja mereka menganggap lantai satu kurang menantang.

Naiklah kakiku menuju ke lantai dua, dimana mulai banyak kutemukan kamar kosong yang sangat kumuh dan bau. Semakin jauh langkahku mencari tiba tiba terdapat bunyi "Klak!" dibelakang kamar yang kulewati.

Dengan sigap aku langsung berlari dan menerangi tempat itu, ternyata yang kutemukan pertama kali adalah Eko. "Sialan, aku terpeleset...Padahal persembunyianku tadi sangatlah sempurna" ujar Eko kesal karena kutemukan. Aku hanya tertawa dan berfikir berarti tinggal tiga orang lagi yang bersembunyi.

Lalu Eko kembali ke tempat berkumpul yang sudah kami sepakati dan membuat perjanjian. Aku melanjutkan pencarian ke tempat selanjutnya, suatu hal yang kusyukuri adalah Eko. Orang itu paling ekstrim untuk masalah persembunyian, bahkan dulu pada waktu kecil persembunyiannya adalah yang paling susah.


---------------------------


Syukurlah dia sudah ditemukan di awal permainan pikirku, aku melanjutkan masuk kedalam ruangan yang sangat besar. Kurasa itu adalah ruangan meeting, karena ruangan tersebut memiliki meja bundar yang sangat besar. Satu persatu sudut kuterangi menggunakan senter, namun tidak ada siapapun disana.

Kudengar ada suara dari dalam almari besar yang ada didalam ruangan tersebut, dengan perlahan aku mematikan penerangan dan berjalan menuju ke arah lemari tersebut. Karena pikirku bisa jadi ide bagus untuk mengagetkannya.

"Braaak !!!" suara pintu almari tersebut kubuka dan aku berteriak "Ketemu !!"

"Whooaaah !!" suara Ade dan Fredy ketakutan kukagetkan.

Disitu aku tertawa terbahak bahak melihat ekspresi mereka, sudah lama aku tidak menikmati permainan ini. "Keterlaluan lu bill, bercanda lu udah kelewatan..ditempat seperti ini bisa bisanya mengagetkan kami seperti itu" ucap Ade.

"Lagian, kalian itu kok ngumpetnya bersama sama, kan peraturannya harus sendiri sendiri" ucapku. "Awalnya gua sudah disini duluan bill, tapi Ade tiba tiba masuk kedalam sini. Aku saja kaget awalnya, kalau saja tidak ada Ade, mungkin aku sudah selamat" ucap Fredy.

"Sudah sudah, yang penting kalian berdua sudah ketemu, sana langsung ke tempat perkumpulan. Sudah ada Eko disana yang nungguin" kataku. "Haah..Eko yang pertama kali ditemuin? Cupu sekali dia, gak nyangka dia yang pertama lho" Mereka berdua mengobrol dan kembali ke tempat perkumpulan.

Aku melanjutkan pencarian, "Berarti tinggal Ardi yang terahkir belum ketemu" pikirku. Akupun mencari diseluruh tempat namun tidak ada jejak maupun tanda tanda dari Ardi. Ahkirnya kuputuskan untuk melanjutkan pencarian ke lantai tiga, tempat itu sangatlah luas dan pengap.

Sepertinya ruangan tersebut bekas teater, karena terdapat panggung yang terlihat rapuh. Namun kami berlima sudah sepakat untuk tidak bersembunyi didalam teater, karena kayu kayu tersebut bisa saja menyebabkan bahaya.


-----------------------------


Namun didepan teater tersebut ada sebuah ruangan kecil, bisa saja Ardi menghindari teater namun mencari celah di ruangan tersebut. Perlahan lahan kubuka pintu ruangan tersebut, debu yang ada didalam ruangan itu tebal sekali. Namun aku tidak dapat menemukan jejak maupun tanda tanda dimana Ardi bisa bersembunyi didalamnya.

Aku berfikir tidak mungkin ardi bersembunyi disini, karena jejak dilantaipun tidak ada. Jika dia bersembunyi disini, pastilah aku dapat mengetahuinya dari jejak kaki yang ditinggalkannya. Karena debu diruangan itu sangatlah tebal dan terdapat cahaya yang masuk dari jendela di kaca kaca koridor.

Ketika aku berbalik dan ingin mencari ditempat lain, kudengar dengan jelas ada suara benturan keras dan desisan pendek. Jantungku mulai berdetak kencang, bulu kudukku merinding diseluruh tubuh.

Disitu aku berfikir berkali kali "Tidak tidak tidak, tidak mungkin Ardi ngumpet ditempat itu". Lalu ahkirnya kuberanikan dan kumantapkan untuk menghampiri tempat itu dan mengintip.

"Baaaa !!" Suara Ardi berteriak mengagetkanku hingga aku terjatuh karena kaget. Disitu Ardi tertawa terbahak bahak dan tidak henti hentinya mengolok olokku.

"Kok bisa kamu ngumpet disana? Padahal kan tidak ada jejak kaki atau apa" tanyaku. "Aku lewat situ untuk masuk, jadi jejak kakiku nggak bakalan ada dong hihihihi" tunjuk Ardi ke jendela belakangnya.

Dalam perjalanan balik ke tempat perkumpulan, aku diolok olok dan dipermalukan oleh ardi. Bagaimana tidak, saking takutnya diriku saat dikagetkan oleh Ardi, aku sempat berteriak dan ketakutan.

Kulihat dari kejauhan hanya ada dua orang yang sedang menunggu, ternyata mereka adalah Fredy dan Ade. "Lho dimana Eko?" tanyaku. "Gak tau, katamu tadi Eko ketemu pertama kali, begitu kami sampai disini tidak ada siapa siapa lho" jawab Ade.

----------------------------------------------- Bersambung ke part 2 -----------------------------------------------

Cerita ini adalah cerita asli yang dialami oleh orang yang namanya disamarkan di daerah Semarang.