Sahabat Setia Tak Kasat Mata
GhostHunter - Malam itu, Aku Melewati Rumah Kosong Itu Lagi, hal ini sudah berulang kali terjadi. Namun kali ini sangat menyeramkan untuk diceritakan,

Kejadian itu terjadi beberapa tahun yang lalu sebelum aku menginjak umur 21 tahun.

Perkenalkan, namaku Sherly, umurku saat itu 17 tahun, aku akan menceritakan pengalaman yang terjadi padaku waktu itu.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata

Dimana aku sering melewati tempat "itu" berulang kali. Saat itu disekolah tempat aku menimba ilmu, terdapat rumor yang sangat terkenal.

Banyak anak anak di kelasku yang bercerita mengenai rumor tentang Rumah Kosong itu. Entah terdapat suara cekikikan tertawa, atau melihat bayangan putih dijendela rumah megah itu.

Tempat itu padahal sangat dekat dengan rumahku yang sudah ditinggalkan pemiliknya berpuluh puluh tahun.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata

Rumah kosong itu memang menyimpan cerita yang menyeramkan sejak lama. Namun aku selalu menghindari melewati jalan itu untuk pergi sekolah, aku lebih memilih jalan memutar untuk pergi sekolah.

Maklum saja, jalan dari rumah ke sekolahanku berada bisa ditempuh hanya beberapa meter menggunakan sepasang kaki yang kumiliki.

Namun beberapa hari terahkir ini, aku dipaksa untuk melewati jalan rumah kosong itu.

Malam itu, aku mengikuti ekstrakulikuler voli yang mengharuskanku pulang sore hari menjelang maghrib. Tentu saja mau tidak mau aku harus melewati Rumah Kosong itu sendirian.

Pikirku "Apa aku mengajak seseorang saja ya untuk menemaniku pulang" "Tapi siapa yang mau menemaniku pulang, rumah mereka kan tidak sejalan dengan rumahku"

Aku lalu ingat ada seseorang yang kukenal dan memang rumahnya tidak begitu jauh dari rumahku dan mungkin saja dia mau menemaniku.

Aku sengaja mengajak sahabatku untuk menemaniku melewati jalan seram itu, karena sangat menyeramkan apabila senja melewati rumah tersebut.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata

Aku menunggu Vera didepan sekolahannya yang tidak begitu jauh dari sekolahanku.

Vera adalah temanku sebangku yang menjadi sahabatku sejak kelas 1 SD dulu. Aku bercerita mengenai ketakutanku melalui SMS tentang rumah kosong yang sangat mengerikan itu.

Verapun ahkirnya menyanggupi untuk menemaniku sore itu pulang tanpa keraguan sedikitpun.

Sudah lama aku dan Vera tidak bertemu karena saat itu Vera berpindah sekolah SMP.

Seperti biasanya ketika berangkat dan pulang, aku selalu melewati jalan itu. Namun kali ini memang benar benar berbeda dari sebelumnya, mungkin hal itu dikarenakan suasana yang mendukung ya.

Aku terus memegangi tangan Vera karena ketakutan, Vera yang mengerti akan ketakutanku menenangkan pikiranku dengan bercerita tentang masa lalu.

"Kamu inget ga, waktu itu aku pernah dibully disekolahan karena rambutku yang sedikit kuning ini Sher ?" Buka pembicaraan yang Vera berikan untuk menenangkan aku.

"I..Iya Ver, dulu aku juga ga punya temen karena takut baru pertama kali masuk sekolah.." balasku sambil menengok kanan kiri depan belakang ga jelas.

"Iya, kamu dulu yang bantu aku dan mau menjadi sahabatku pertama kali. Untung ada kamu, kalo enggak sampai sekarang aku pasti masih bergumul dengan buku dan bacaanku hahahaha.." ujar Vera.

"Aku juga terimakasih ver, kamu sahabat terbaik yang pernah kumiliki."

Akupun terbawa suasana dan ikut larut kedalam cerita nostalgia yang dibuat oleh Vera. Kami berdua berjalan sambil mengobrol seru mengenai masa kecil kami dan becanda gurau seolah melupakan melewati jalan ngeri yang aku takutkan.

"Sher kamu inget ga, waktu itu ada yang jahilin aku pakai lem dicelanaku hingga ada yang melempar permen karet mengenai rambutku yang panjang." Ucap Vera,

"Iya, aku masih ingat waktu itu para anak anak yang menjahilimu, aku pukul pakai buku ensklopedia milik perpustakaan. Hal itu membuatku puas dan biar anak anak itu kapok menjahilimu" jawabku.

"Iya dan kamu juga yang menggunting rambutku karena lengket terkena permen karet, dan kamu menggunting rambutmu sendiri sehingga rambut kita sama sama pendek waktu itu." jawab Vera dengan tertawa kecil.

"Habisnya, jika Vera saja yang dipotong rambutnya aku rasa itu tidak adil." jawabku

"Tapi kan rambutmu bagus sekali Sherly, hitam curly begini seperti habis ke salon. Terlihat cantik dan anggun ditambah mukamu yang imut imut gini pasti banyak cowok yang tertarik sama kamu ya" goda Vera.

"Enggak, aku nggak tertarik pacaran, aku pingin belajar dan pintar sehingga bisa satu sekolah denganmu lagi Vera." jawabku ketus.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata
Namun dengan suara kecil, Vera sambil bergumam "seandainya", aku yang tidak dengar bertanya kepada Vera "Ha? Kenapa?"

"Tidak apa apa kok Sher..." Jawab Vera sambil tersenyum khas miliknya dengan lesung pipit yang sangat manis.

Tiba tiba saja vera mengajakku masuk kedalam rumah kosong itu untuk membuatku tidak takut lagi apabila melewati rumah itu.

"Ayo, akan kuajak sahabatku yang penakut ini agar menjadi wanita yang cantik dan pemberani" ajak Vera mengenggam tanganku.

Pada waktu itu aku sangat takut dan tidak mau mengikuti usulan Vera.

"Lihat, tidak ada apa apa sherly, tidak ada yang perlu ditakutkan ditempat ini. Apa yang orang lain katakan itu tidaklah benar." ucap Vera.

"WAaaaaAAaA !!" Aku berteriak pada waktu itu. "Aa.aad....ada yang bersinar sinar, itu pas...pasti makhluk halus" sambil jongkok gemetar aku menunjuk ke sesuatu yang bercahaya.

Dengan tenang Vera menepuk pundakku dan berkata "Tenanglah Sherly ini hanyalah kunang kunang, binatang ini tidaklah berbahaya. Justru lihatlah, indah sekali bukan sekumpulan kunang kunang ini?"

Aku mulai memberanikan melihat keatas dan benar rupanya, sekumpulan kunang kunang itu menyinari dan membuat indah tempat yang dikatakan angker tersebut.

Ahkirnya aku dan Vera keluar dari rumah itu dan melanjutkan perjalanan kerumahku.

"Terimakasih banyak Vera, lain kali akan kutraktir dirimu segelas kopi cokelat dan semangkuk Cake didekat sekolah" ucapku sambil berterimakasih kepada Vera.

"Bukan jadi masalah besar Sherly, sudah lama juga aku ingin berjumpa denganmu setelah sekian lama kita tidak bersama" ucap Vera.

"Bagaimana jika besuk aku akan mengajakmu ke kafe dekat sekolahanmu, disana terkenal kuenya bagus dan enak lho" kataku.

"Emm sepertinya, aku tidak bisa menemanimu besuk" jawab Vera.

"Baiklah, katakan saja jika ada waktu, aku sangat ingin bercerita banyak denganmu vera." kukatakan kepadanya, Vera-pun membalasnya dengan senyuman...Namun senyuman itu menyimpan sesuatu, kupikir sudahlah dengan ini aku sudah tidak perlu takut lagi melewati rumah itu.

Keesokan harinya kuceritakan kepada teman teman sekelasku dan mereka terkagum kagum dengan keberanianku.

Ketika aku melewati rumah itu, aku yang selalu melihat kebawah dan takut untuk melihat rumah itu. Dengan jelas aku melihat papan nama yang kukenal.

"Handoko, handoko...emm...sepertinya pernah mendengarnya"

Ternyata benar, nama Handoko adalah kepala keluarga yang dimiliki oleh sahabat kecilku itu Vera. Segera aku berlari hingga sampai rumah dan aku bertanya kepada mamaku yang saat itu sedang mencuci.

"Mah, mamah tahu keluarga Vera kan? Vera si pirang yang bersamaku terus waktu SD mah.." aku bertanya sambil terengah engah, kehabisan nafas karena berlari ke rumah dengan terburu buru.

"Vera, nama itu membuat mamah tidak ingin bercerita kepadamu" Mamahku bercerita dengan wajah lesu menghentikan kegiatannya mencuci.

Lalu mamah mematikan keran wastafel dan mulai bercerita mengenai keluarga Vera yang pada waktu SMP lalu.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata

Perampokan terjadi lima tahun lalu, dimana kelompok perampok tersebut merampas habis harta yang ada dirumah tersebut. Ketika kejadian itu ayah dari pemilik rumah tersebut sedang bekerja dan berada diluar, sedangkan kelompok perampok tersebut tidak hanya merampas barang didalam rumah tersebut.

Mereka juga memperkosa seorang ibu rumah tangga dan seorang anak berumur dua belas tahun. Kelompok perampok itu setelah melakukan hal keji tersebut, mereka mungkin ingin membungkam mulut korban dengan menyekap mereka didalam kamar mandi.

"Sungguh naas yang terjadi pada keluarga itu, kamu tahu siapa keluarga itu? Hal itu menimpa keluarga Vera nak" Ibuku sontak mengeluarkan air mata dan menangis.

"Lalu bagaimana keadaan ayahnya ma?" Aku bertanya semakin dalam larut karena hal itu ingin kudengar lebih detail.

Kudengar ayah vera yang shock dengan keadaan keluarganya bunuh diri dirumah yang sudah porak poranda dirampas perampok. Sampai sekarang perampok tersebut masih belum diketahui dan kasus itu ditutup tanpa ditemukannya pelaku.

Yang membuatku terbingung bingung adalah siapa orang yang mengajakku kerumah itu dan memperlihatkan bahwa aku tidak boleh takut dengan rumah itu. Tiba tiba saja air mataku menetes mengingat semua kenangan yang kumiliki dengan Vera sahabatku.

Aku shock mendengar cerita dari mamah dan mengunjungi cafe didekat sekolah yang aku janjikan dengan Vera. Aku melamun dan mulai menangis lagi mengingat semua hal keji yang terjadi pada sahabatku itu.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata

Lalu aku berjalan pulang hingga larut, terlihat sekawanan preman yang sedang minum minuman didepan rumah kosong tempat dimana Sherly. Aku melewatinya sambil menunduk..

"Hai cantik, mau kemana...Ayo sini main bareng ama kita, kita gak gigit kok" Preman itu menggodaku namun aku mengabaikannya dan terus berjalan.

Tiba tiba saja salah satu dari preman tersebut berlari dan menarik tanganku, aku yang ketakutan dikepung oleh preman itu merunduk dan tidak bisa berkata apa apa.

Tiba tiba saja, "Brugh ! Blar ! Derrrr !" sebuah tiang jatuh dan menimpa preman tersebut, aku berteriak. Sisa preman tersebut lari dan menabrak mobil yang sedang melintas kencang.

Tiba tiba saja ada tangan yang mengenggamku dan mengajakku untuk lari dari kekacauan itu, kulihat rambut pirang khas dan aroma yang sangat kukenal.

"Ayo ketempat dimana tidak ada lagi yang akan menganggu kita lagi Sherly" Ucap seseorang yang pernah kudengar dan sangat ingin kutemui.

Sahabat Setia Tak Kasat Mata

Kami berhenti disebuah bukit tak jauh dari rumahku, disitu aku melihat senyuman dan aku menangis melihat dia menghilang dibalik cahaya sunset didekat bukit tanpa mengatakan sepatah katapun.

Saat ini umurku 21 tahun dan aku mulai masuk ke jurusan hukum untuk membantu orang orang yang tidak bisa menyelesaikan perkara dibidang hukum.

Sekian ceritaku mengenai Sahabat Setia Tak Kasat Mata yang sudah kuceritakan ini, semoga dapat menginspirasi pembaca sekalian.